Kamis, 17 Mei 2012

KEMBALILAH

Prahara meledak tiba-tiba
di balik senyum dan di tengah canda
di balik sorot matamu yang teduh
gemuruh hati menggelegar terdengar
menggema hebat dari bibir putri kahyangan
keluh tertumpuk
resah menusuk
dibayangi oleh kebencian yang merasuk
GERAM
Menggenggam
BERTERIAK
Memberontak
mengapa kau sungguh terus menjauh
meski dekat lekat
kau tak pernah melempar sauh
ombak hati terus menerpa
badai terus buatmu terluka
tak tahu aku harus berkata apa
bibir ini terkunci dan tak mau bersuara
aku takut kau semakin hilang dari pandangan
dan tak kembali lagi di sini di pelabuhan ikatan
kembalilah ku minta
aku di sini menunggu dengan tangan terbuka
mari hadapi badai di pelupuk mata bersama

Diperuntukkan kepada Kawan

Rabu, 16 Mei 2012

Kisah Siti Masyitoh


 Pemain:
Putri raja Fir’aun
Raja Fir’aun
Haman
Pengawal                        
Siti Masyitoh
Suami
Anak 1
Anak 2
Anak 3
Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai tuhan, setelah kedatangan nabi Musa A.S, merasa sangatlah gelisah dan resah akan dakwah nabi Musa A.S., karena Nabi Musa telah menunjukkan mu’jizat yang sangat menakjubkan dari tongkat yang berubah menjadi ular, dan tangan yang mengeluarkan sinar di depan kedua mata Fir’aun. Fir’aun takut kalau semua orang akan mengikuti Nabi Musa A.S. untuk itu Fir’aun selalu berlaku kejam kepada pengikut Nabi Musa A.S. untuk menakut-nakuti mereka dan menakut-nakuti yang lain agar tidak menyembah Allah. Meskipun tak banyak yang langsung masuk Islam setelah mendengar dakwah Nabi Musa A.S ,namun  banyak orang yang diam-diam mengikuti petunjuk dari Nabi Musa A.s salah satunya adalah Siti Masyitoh yang menjadi tukang sisir Putri Kerajaan.
Putri Raja Fir’aun :      Masyitoh!, Kemari!
Siti masyitoh:              Iya putri,
Putri Raja Fir’aun:       tolong sisir rambut indahku ini, aku akan menghadiri acara kerajaan dua jam lagi
Siti Masyitoh:              baik putri, saya tidak akan mengecewakan tuan putri
Putri Raja Fir’aun:       cepatlah! jangan banyak bicara, setelah ini saya harus perawatan kuku dan berhias
Siti Masyitoh               baik putri

Ketika sedang menyisir, tiba-tiba sisir yang digunakan oleh Siti Masyitoh-pun terjatuh
Siti Masyitoh:              Astaghfirullah!
Putri Raja Fir’aun:       Kata apa itu?Astaga? atau apa tadi itu?
Siti Masyitoh:              bukan apa-apa tuan putri
Putri Raja Fir’aun:       baiklah selesaikan tugasmu lalu pergilah
Siti Masyitoh:              baik putri
Setelah mendengar kata yang asing dari bibir Siti Masyitoh, Putri Raja Fir’aun berbincang dengan Haman penasihat kerajaan tentang kata asing itu.
Putri Raja Fir’aun:       Paman Haman kemarilah
Haman;                        ada apa tuan Putri?
Putri Raja Fir’aun:       pernahkah paman mendengar kata Astag, Astaghfi, atau apa itu?
Haman:                        Astaghfirullah-kah putri?
Putri Raja Fir’aun:       ya benar, kata itu
Haman:                        putri mendengar kata itu dari siapa?
Putri Raja Fir’aun:       dari penyisir rambutku, Siti Masyitoh, memang kenapa paman?
Haman:                        kata Astaghfirullah itu adalah ajaran Musa si penyihir itu
Putri Raja Fir’aun:       Astaga!, artinya siti Masyitoh telah menghianati kita paman
Haman:                        ya benar tuan putri.
Putri Raja Fir’aun:       lalu apa yang akan paman lakukan?
Haman:                        saya akan memberitahu ayah tuan putri, Raja Fir’aun, tentang kejadian ini. Nanti beliaulah yang memutuskan untuk mengampuni atau memberikan hukuman
Putri Raja Fir’aun:       baiklah paman, lalu apa yang harus aku lakukan?
Haman:                        lebih baik tuan putri bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa
Putri Raja Fir’aun:       baiklah paman
Dengan berjalan agak tergesa-gesa Haman menuju ke singgasana Raja Fir’aun. Sebelum berbicara pada Raja Fir’aun ia duduk tersimpuh seperti menyembah atau bersujud.
Raja Fir’aun:               Ada apa Haman?
Haman:                        Maaf tuanku, Hamba ada berita
Raja Fir’aun:               Berita apa Haman? Apa itu tentang musa?
Haman:                        Ya engkau benar tuan,
Raja Fir’aun:               Apa itu katakanlah Haman
Haman:                        Kita telah menemukan pengkhianat di dalam Istana tuanku
Raja Fir’aun:               Apa!siapa dia?siapa yang berani mengikuti musa?
Haman:                        Si...Si...Siti Masyitoh tuan (dengan nada takut)
Raja Fir’aun:               Kenapa kau bisa berkata seperti itu, apa yang telah di lakukannya?
Haman:                        Ia mengucapkan kalimat astaghfirullah tuan
Raja Fir’aun:               kau mendapat berita ini dari siapa?
Haman:                        dari putri kesayangan anda tuanku
Raja Fir’aun:               panggilah ia kemari,
Haman:                        baiklah tuanku
Haman kemudian bergegas memanggil Putri Raja Fir’aun
Haman:                        Maaf tuan putri hamba mengganggu
Putri Raja Fir’aun:       Ada apa paman
Haman:                        Raja memanggil anda tuan putri
Putri Raja Fir’aun:       ayah memanggilku?ada apa aku kan tidak berbuat salah
Haman:                        bukan tuan putri, ini mengenai Siti Masyitoh, anda diminta memberikan kesaksian
Putri Raja Fir’aun:       baiklah aku akan segera ke sana,
Haman:                        baik tuan putri
Tak lama kemudian Putri Raja fir’aun-pun menghadap ayahnya,
Putri Raja Fir’aun:       ada apa ayah kenapa memanggilku?
Raja Fir’aun:               aku dengar dari Haman mentriku bahwa kau telah mendengar Siti Masyitoh mengucapkan kata-kata dari pengikut Musa, apa itu benar?
Putri Raja Fir’aun:       Itu benar ayah
Raja Fir’aun:               baiklah kalau begitu panggilkan Siti Masyitoh kemari beserta keluarganya kemari.
Putri Raja Fir’aun:       baik ayah
Sang putripun memanggil pengawal untuk membawa Siti Masyitoh menghadap kepada Raja beserta keluarganya,
Putri Raja Fir’aun:       Pengawal!
Pengawal:                    ada apa putri?,
Putri Raja Fir’aun:       Panggil Siti Masyitoh kemari!
Pengawal:                    Baik putri.
setelah beberapa saat menunggu akhirnya Siti Masyitohpun datang beserta keluarga besarnya dan sang putri diminta untuk meninggalkan ruang utama kerajaan
Raja Fir’aun:               Wahai Siti masyitoh, taukah kau mengapa kau ku panggil?
Siti Masyitoh:              Tidak tuanku, saya tidak tau
Raja Fir’aun:                Ku dengar kau mengucapkan kata-kata para pengikut musa?benar begitu?
Siti Masyitoh:              benar tuan
Raja Fir’aun:               bukankah kau tau apa akibatnya jika kau menghianatiku?
Siti Masyitoh:              saya tau tuanku
Raja Fir’aun:               lalu mengapa kau tetap melakukannya kalau kau tau?
Siti masyitoh:              lebih baik saya menerima hukuman tuanku daripada saya harus melakukan kemusyrikan
Raja Fir’aun:               jadi kau tak setuju untuk menyembahku
Siti Masyitoh:              Tidak tuanku yang berhak disembah hanyalah Allah tiada yang lain
Raja Fir’aun:                baiklah kalau itu maumu, Pengawal! Bawakan mangkuk besar berisi air beserta perapian di bawahnya
Pengawal:                    Baik tuanku, akan segera hamba laksanakan
Setelah beberapa saat kemudian pengawal membawakan perapian beserta mangkuk besar
Pengawal:                    Sudah siap tuanku
Raja Fir’aun:               Lihatlah Masyitoh, kau akan aku rebus beserta kelaurgamu bila kau tetap tidak mau menyembahku, tidakkah kau kasihan kepada suami dan anak-anakmu? Tetaplah menyembahku Masyitoh
Siti Masyitoh:             Tidak tuan,
Raja Fir’aun:               baiklah kalau begitu, pengawal! Seret suaminya dan masukkan ke dalam mangkuk besar itu
Pengawal:                   baik tuan
Sang pengawal-pun menyeret suami Siti Masyitoh dan membawanya hingga di pinggir mangkuk besar yang berisi air mendidih
Raja Fir’aun:               Ada kata-kata terakhir?
Suami Siti Masyitoh-pun memberikan pesan terakhirnya
Suami:                         Masyitoh tetaplah pada pendirianmu, Allah tidak akan pernah menganiaya hamba-Nya yang beriman
Raja Fir’aun:               Pengawal masukkan dia!
Pengawal-pun memasukkannya ke dalam mangkuk besar
Suami:                         Lailahaillallah
Suami siti Masyitoh-pun masuk ke dalam air mendidih lalu tenggelam ke dalam rendaman air mendidih itu
Raja Fir’aun:               bagaimana Masyitoh?kau tetap tidak mau menyembahku?
Siti Masyitoh:             tidak tuan
Raja Fir’aun:               Pengawal! Masukkan anak-anaknya mulai dari yang paling besar
Sang pengawalpun membawa anak sulung siti masyitoh ke pinngir mangkuk besar untuk direbus.
Raja Fir’aun:               Apa permintaan terakhirmu?
Anak 1:                       Ibu, Sampai jumpa di syurga ibu, Allah Maha menepati janji
Raja Fir’aun:               Permintaan macam apa itu, ceburkan dia!
Anak pertama siti masyitoh-pun akhirnya diceburkan ke air mendidih
Anak 1:                       Lailahaillallah
Raja Fir’aun:               Berikutnya!
Sang pengawal-pun membawa Anak kedua Siti Masyitoh ke pinggir mangkuk besar
Raja Fir’aun:               Tahan pengawal!, Bagaimana Siti Masyitoh, aku beri kau kesempatan untuk bertobat dan kembali menyembahku
Siti Masyitoh:             Tidak tuan. Tuhan saya adalah Allah bukan tuan
Raja Fir’aun:               Dasar keras kepala!, apa permintaan terakhirmu?
Anak 2:                       Ibu kita akan bertemu lagi di syurga ibu. Sampai nanti
Raja Fir’aun:               kalian benar-benar telah terkena sihir Musa!, ceburkan dia!
Sang pengawal-pun menceburkan Anak kedua Siti Masyitoh ke dalam air mendidih
Anak 2:                       Lailahaillallah
Raja Fir’aun:               bagaimana Masyitoh?Ini kesempatan terakhirmu untuk memohon ampun padaku dan kembali menyembahku.
Siti Masyitoh:             Tidak tuan, saya hanya akan memohon ampun dan menyembah Allah saja
Raja Fir’aun:               benar-benar kau ini!, lihatlah anakmu yang masih bayi itu apa kau tidak merasa kasihan? Kalau kau tidak sayang pada nyawamu paling tidak sayangilah nyawa anakmu yang masih bayi itu, Dia masih punya hak untuk hidup Masyitoh
Siti Masyitoh-pun sempat terdiam karena melihat anaknya yang masih bayi mungil itu dan hatinya sempat ragu-ragu, namun saat itu keajaiban Allah datang, Allah menepati janjinya bayi Siti Masyitoh yang belum bisa bicara bisa bicara dengan sangat jelas
Anak 3:                       Ibu janganlah kau ragu, janji Allah itu pasti ibu
Karena melihat keajaiban di depan matanya, Siti masyitoh-pun menjadi semakin yakin akan janji Allah dan dengan lantang ia menjawab,
Siti Masyitoh:              Tidak tuan. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, tuhan saya adalah Allah meskipun saya dan bayi saya harus mati
Raja Fir’aun:               Cukup sudah bualanmu, sudah habis kesabaranku, Pengawal! Ceburkan dia ke air mendidih!
Pengawal:                   baik tuan
Siti Masyitoh:             Lailahaillallah
Akhirnya mereka menjalani hukuman dengan direbus ke dalam air mendidih karena mereka beriman dan menyembah Allah, namun kasih sayang Allah selalu berpihak pada orang beriman dan beristiqomah dalam keimanannya, mereka semua telah meninggal dunia sebelum dimasukkan ke dalam air mendidih sehingga Siti masyitoh beserta keluarganya tak merasakan panasnya air mendidih.
Siti Masyitoh adalah wanita sholehah yang teguh dalam keimanannya sehingga Ketika Nabi Muhammad Saw. isra dari Masjidil Haram di Mekkah ke Masjidil Aqsa di Palestina, beliau mencium aroma wangi yang berasal dari sebuah kuburan sehingga beliau bertanya tentang kuburan tersebut dan jibril menjawab bahwa itu kuburan Siti Masyitoh.
Demikianlah Drama Kisah Siti Masyitoh yang diambil dari kisah keteladanan Siti Masyitoh dalam menjaga keimanannya pada Allah SWT, Semoga bermanfaat, Wallahu’alam.


MH Kurniawan

Doaku Selalu Menyertaimu


Satu dekade sudah putraku menajalani kehidupannya sebagaai seorang yang bekerja di negeri orang. Terombang-ambing di atas kapal dan di atas jalan kehidupannya. Sore itu aku bersama istriku bersiap menjemput putraku satu-satunya diantara anak-anak kami yang kebanyakan perempuan. Putraku yang satu ini dulu sangatlah manja atau lebih tepatnya kami manjakan karena seperti kebanyakan orang tua yang sangat mengharapkan anak laki-laki ditengah karunia Allah berupa putri yang cantik. Dengan hadirnya anak lelaki di dalam bahtera keluarga kami, kami berharap dia bisa meneruskan garis keturunan kami dan menjadi seorang pemimpin yang besar. Kami begitu bangga padanya. Kerja kerasnya telah dibayar oleh Allah dengan penghasilannya yang besar bekerja di Negara Adidaya. Ketika kami sedang menyiapkan barang bawaan kami berupa pakaian yang kami kemas rapi dalam koper haji, hadiah dari putra kami ketika dua tahun ia bekerja di Negara Adidaya, telepon dirumah kami berbunyi. Namun sebelum aku sempat meraih gagang telepon istrikulah yang meraihnya terlebih dahulu dan aku berdiri di sampingnya dengan harapan bahwa putra kami akan segera tiba.
“bagaimana nak?,” kata istriku yang berbicara dengan nada yang tergesa dengan istri anak kami
“oh Tama akan sampai di bandara jam empat lebih lima menit ya?” Lanjut istriku riang
Saat itu jarum panjang jam menunujuk angka delapan dan jarum pendek  malu-malu menunduk karena akan bertemu angka empat. Kebetulan jarak bandara dengan rumah kami hanya sepuluh menit.
“ya nak, bapak sama mamak mau ke bandara ini sudah siap semua” sambung istriku dengan wajah haru sebagaimana yang juga selama ini aku rasakan meyambut putraku yang telah berjanji akan mengajak kami berlibur ke rumahnya yang baru di jawa Timur.
“ayo pak kita kebandara Tama sebentar lagi sampai” kata istriku setelah menutup telepon
“ya, ayo kita carter taksi, lho bukannya mamak punya no pak Surono supir taksi yang bersedia datang kalau ditelepon?”
“ah, bakal lama itu pak, mending kita minta Yati yang cari taksi” kata istriku.
“ya sudah, kita telepon saja Yati.” sembariku mengangkat gagang telepon
“Nak, tolong carikan taksi untuk bapak mamak ya, adikmu sebentar lagi landing”
“ Ya pak, tolong tunggu lima menit” jawab Yati
“mak kayo bersiap taksi akan datang lima menit lagi”
Kami-pun bersiap dengan duduk di teras rumah kami. Tak lama kemudian taksi pun datang dan juga putri kami Yati. Putri kami sebenarnya dua tapi yang satu Siti sedang dalam perantauan bersama suaminya.
“Pak, taksinya sudah siap” kata Yati
“ayo mak, lekas berangkat.”
“Ya pak, sebentar tak kunci pintu dulu” balas istriku.
Sesaat setelah kunci pintu diputar kami semua mendengar telepon rumah kami berdering nyaring.
“mak, ada telepon tu” aku minta agar istriku membuka pintunya lagi untuk menjawab telepon
Istrikupun bergegas membuka lagi pintu dan meraih gagang telepon, lalu terdengar nada Tanya darinya
“Piye le?(bagaimana nak?)”Tanya istriku
“oh turun Semarang kamu nak?, o ya sudah hati-hati saja pulangnya ya nak, kalau sudah sampai rumah mamak dikabari lagi.” Kata istriku bernada lesu.
Sontak saja kami menjadi agak lesu karena Tama tak turun di Jogja dan memilih turun di Semarang dan kerinduan kami tak sempat terobati selama bertahun-tahun karena kami jarang bertemu, namun kami juga bahagia karena Tama selamat sampai Indonesia.
“Terus gimana taksinya pak?” Tanya istriku
Aku sempat bingung karena kasihan juga kalau datang tapi tak jadi kami pakai jasanya.
“Ya sudah mak, kita bayar saja dengan hitungan sampai bandara paling berapa”
Setelah kami bayar sopirnya sembari minta maaf karena tidak jadi memakai jasanya kami-pun duduk termenung di depan teras lumayan lama untuk menghilangkan sejenak kelesuan karena kegagalan kami untuk bertemu putra kebanggan kami Tama. Tak lama Yati pamit pulang.
Terpaksa kami bongkar lagi pakaian yang semula nampak tersenyum sebagaiamana hati kami karena akan bertemu sekaligus berlibur dengan putra kami Tama yang sudah lama meninggalkan kami bekerja di Negara Adidaya. Kami akan bertemu dengan wajah malam yang biasa yang sebelumnya kami berangan akan melihatnya tersenyum bersama kami dengan Tama.
Namun, sebelum maghrib Yati datang dengan wajah yang nampak habis dibanjiri oleh air mata. Kami pun bertanya-tanya.
“Ada apa ti?kenapa nangis?”
“ini lho pak ternyata Tama tidak turun di Semarang, dia turun di Jogja” jawabnya sambil sesenggukan
“Tapi katanya dia turun di Semarang, jangan buat-buat kamu Ti”
“Iya Ti, jangan kau buat-buat cerita” sahut itriku agak geram
“Gak mak, pak, Tama memang turun di bandara Jogja dengan pesawat garuda aku tanya pada petugasnya di counter Garuda” Jawab Yati
“Trus, Tama bohong pada kita pak?” Istriku balik bertanya padaku dengan nada tak percaya
“Bentar tho mak!. Kok dia gak mampir ke sini kalau dia turun Jogja ya Ti?”
“Aku sudah tanya petugas penyewaan jasa Taksi dan Travel dan juga bis di Bandara katanya gak ada pelanggan atas nama Tama Setyawan yang menggunakan jasa mereka dan ketika aku tanya di counter garuda tentang penumpang atas nama Tama Setyawan, mereka jawab kalau penumpang atas nama Setyawan, Tama memang turun jam 4 dari Jakarta, jadi kemungkinan dia langsung di jemput oleh istri dan keluarga istrinya langsung ke rumah mereka pak.” Jawab Yati menjelaskan kronologinya.
Kami pun semua terdiam setelah mendengar penjelasan Yati sambil menahan pahit hati di bohongi oleh anak kesayangan kami. Ya Allah mengapa anakku berubah setelah ia menikah? Apa yang membuatnya menjadi seperti itu seolah ingin menjauh dari kami orang tuanya? Apa salah kami padanya? Ya Allah lapangkanlah hati kami dan berilah keselamatan padanya.


                                                                                                MH Kurniawan, 14/05 2012